>>Senyuman Terakhir

Posted on Updated on

oleh Yudi Pratama

 

anak.jpgApakah engkau percaya dengan kata-kata yang mengatakan bahwa segala

penyakit ada obatnya? Aku sama sekali tidak percaya pada kata-kata “sakti” tersebut. Aku bingung, karena aku sadar semuanya itu pemberian Yang Maha Kuasa. Apakah aku sudah tidak mempercayai lagi akan keberadaan Tuhan? Begitu batinku bertanya.

Sesaat lamunanku buyar karena aku mendengar Emak memanggilku untuk mengambil barang yang tertinggal di rumah Bibi. Padahal aku sedang asik-asiknya ngelamun. Itulah kebiasaan yang paling sering aku lakukan. Tanpa berlama-lama, aku segera bergegas ke rumah Bibi yang hanya berselang beberapa rumah dari rumahku. Setelah itu, aku kembali duduk di teras rumah. Kali ini aku kembali teringat akan suatu peristiwa dalam hidup aku. Aku hanya mempunyai Ibu yang sangat ku sayangi. Engkau pasti bertanya-tanya kemana perginya Bapakku kan?

Aku sudah menjalani kehidupan tanpa ada Bapak di sampingku. Bapak telah meninggalkanku 2 tahun yang lalu. Aku mencoba menjalani kerasnya hidup ini tanpa figur seorang Bapak. Tapi, walaupun aku mencoba untuk tegar, aku tetap tidak bisa melupakan kejadian di mana aku kehilangan Bapak.

Aku masih ingat hari-hari terakhirku menemani Bapak menghabiskan waktunya. Waktu itu selama hampir 1 Minggu aku menginap di Rumah Sakit menemani Bapak yang telah terbaring lemah karena digerogoti Kanker. Aku benar-benar merawat Bapak dengan baik. Siang malam aku tidak tidur. Yang aku inginkan Bapak bisa sembuh seperti sediakala, walaupun itu sangat tidak mungkin. Tapi aku percaya, setiap penyakit pasti ada obatnya. Tak henti-hentinya aku berdoa. Aku memohon kepada Tuhan agar bisa menyembuhkan Bapakku.

Disaat aku menemani Bapak, aku mendengar beliau mengatakan akan sembuh demi anak-anaknya. Aku terharu mendengar kata-kata Bapak. Pada waktu itu, dokter mengatakan jalan satu-satunya untuk bisa menyembuhkan penyakit Bapak adalah dengan kemoterapi. Dokter juga mengatakan bahwa itu bukan jaminan bahwa Bapak akan sehat seperti sedia kala. Aku sedih tapi aku tetap optimis kalau Bapak bisa sembuh.

Hari ini adalah hari di mana Bapak harus menjalani kemoterapi seperti dokter sarankan. Sebelum masuk keruangan yang dimana aku tidak boleh masuk dan hanya dapat melihat dari balik kaca saja, aku melihat senyum yang sangat indah dari Bapak. Ia mengatakan kalau semua ini akan berakhir dan ia akan sembuh.

Setelah selesai menjalani kemoterapi aku melihat kondisi Bapak sedikit membaik. Kata dokter, aku dan ibu harus menunggu 1 X 24 jam setelah kemoterapi dilakukan. Aku sangat cemas. Tak henti-hentinya aku berdoa agar Bapak diberi keselamatan.

Tak terasa fajar pun tiba. Tapi, di saat itulah, hal yang sama sekali tidak aku inginkan terjadi. Keadaan Bapak kritis. Aku melihat Bapak muntah darah. Aku benar-benar tidak sanggup melihat semua ini. Aku benar-benar melihat Bapak berjuang melawan penyakit. Tak lama Bapak pun menghembuskan napas terakhirnya. Saat itu, aku merasa dunia ini begitu gelap.

Nggak terasa udah setahun Bapak pergi meninggalkan aku dan ibu. Tapi, aku masih ingat kenangan-kenangan yang pernah aku lalui bersama Bapak. walaupun aku sadar aku cuma bisa sebentar bersama Bapak. Bapak masih hidup dalam hatiku. Sampai kapan pun aku tidak pernah lupa pada Bapak yang sangat aku sayang.

Untuk Bapak yang berada entah di mana

Aku sayang Bapak…

Tinggalkan komentar