Di Balik Malam
Aku terperangkap
Dalam galauan hati
Yang tahu arah
Merindukannya
Tertetes air mata
Ia pergi
Ia hilang
Tak kembali
Di balik malam
Aku memanggilnya
Dalam hati
Dan aku melihat
Ia tersenyum
Di balik malam
Yang dingin
Dengan rintikan hujan
Seakan menemani sedih hati ini
26 Desember
Terlihat mereka
Terdengar mereka
Terasa ketakutan mereka
Pada detik maut
Menit kematian
Dan disaat bumi hanya mampu memberi
tempat untuk mayat-mayat itu
kesaksian 26 desember lumpur darah
kesaksian 26 desember beribu kematian
kesaksian 26 desember isak tangisan
kesaksian manusia tak berdaya 26 desember itu
apakah akan terulang lagi 26 desember itu?
Akankah manusia kembali lupa pada hari maut itu?
Benarkah manusia tak lagi ingat kepada tuhannya?
Kita yang membuat musibah itu
Kita yang mengundang maut itu
Dan kita sendiri yang membuat manusia menangis dalam ketakutan
Juga kesaksian akan berjuata kematian
Kini 26 desember telah lalu
Sudah menjadi kenangan
Kini teringat kembali 7 tahun 26 desember kala itu
7 tahun kini akan terlihat lagi
Ribuan tangisan akan terdengar lagi
Tangisan, zikir, memohon ampun, taubat
Ribuan doa untuk ibu, ayah, keluarga dan semua mereka
Tungkop, 18 Desember 2011
Ingin Aku
Seandainya kalam ini tak kelu
Akan ku ceritakan tentang aku
Yang tak bahagia
Yang selalu menyembunyikan kesedihan
Dibalik bahagia
Aku tak ingin selalu kau kekang
Aku ingin bebas
Aku ingin terbang
Aku ingin senyum ku
Janganlah kau hilangkan itu
Aku disini bahagia
Aku bisa tersenyum dan tertawa
Tapi, tolong jangan kau rebut itu
Kau dan dia adalah segalanya bagi ku
Namun, aku tak bisa jika selalu kau begitu
Aku hanya ingin bahagia
Aku akan tertawa selamanya
Dan itu memang bahagia ku..
Unsyiah, 27 Desember 2011
Ingin ku tulis namun, aku tak tahu
Ingin ku tulis namun,
Aku tak tahu
Ingin ku jabat namun,
Tangan tak sampai
Ingin ku berjalan namun,
Tak sanggup kaki ini melangkah
Dan akhir ini
Ingin aku bersua namun,
Kalam terlalu kelu
Aku terjatuh dalam asa
Aku lemah tak berdaya
Ku ingin asa ku
Dan senyum lama itu
Gundah, gelisah dan tak jelas
Karena tak tahu merasa
Mata pun telah tertutup
Putih membalut
Gelap dan sempit menunggu
Ingin ku tulis, namun aku tak tahu
4 Januari 2012
Surat Berlumpur Darah
Setelah waktu itu terjadi
Kutuliskan surat berlumpur darah
Kepada mereka
Tertulis semua tentang kejadian
Sejuta kenangan yang tak terlupakan
Surat berlumpur darah
Tertulis kesaksian dalam tangisan
Sarah tangisan dalamm mata
Takut di keramaian
Antara mayat-mayat
Hanyut dalam kedukaan
Manusia tercengang
Padahal sedang tertawa
Tangisan kemudian
Masih meragu apakah hanya mimpi atau nyata
Surat ini kan selalu tersimpan
Untuk selamanya…
Abu Rahmat, 19 Des 2011
26 Desember
Terlihat mereka
Terdengar mereka
Terasa ketakutan mereka
Pada detik maut
Menit kematian
Dan disaat bumi hanya mampu memberi
tempat untuk mayat-mayat itu
kesaksian 26 desember lumpur darah
kesaksian 26 desember beribu kematian
kesaksian 26 desember isak tangisan
kesaksian manusia tak berdaya 26 desember itu
apakah akan terulang lagi 26 desember itu?
Akankah manusia kembali lupa pada hari maut itu?
Benarkah manusia tak lagi ingat kepada tuhannya?
Kita yang membuat musibah itu
Kita yang mengundang maut itu
Dan kita sendiri yang membuat manusia menangis dalam ketakutan
Juga kesaksian akan berjuata kematian
Kini 26 desember telah lalu
Sudah menjadi kenangan
Kini teringat kembali 7 tahun 26 desember kala itu
7 tahun kini akan terlihat lagi
Ribuan tangisan akan terdengar lagi
Tangisan, zikir, memohon ampun, taubat
Ribuan doa untuk ibu, ayah, keluarga dan semua mereka
Tungkop, 18 Desember 2011
Rahmatsyah, Mahasiswa PBSI FKIP Unsyiah 2010 dan bergiat di Gemasastrin