Teroris



Naskah Drama Desy Irafadillah Effendi

(Halaman rumah)

Lia : (Sambil membolak-balikkan koran yang ada di depannya) Rasanya aku sedih dengan peristiwa pemboman di kuningan ini. terus terang aku gak pernah membayangkan negara kita akan jadi sarang teroris seperti ini.

Fitri : Iya, sekarang mau kemana-mana aja kita mesti mikir dulu. Mau ke pasar aja kayak sekarang takut, apalagi ke hotel lebih takut lagi. Apa sih maksud ngebom kayak gitu? Padahal yang kena bom gak bersalah juga sama dia.

Mira : Eh, dia siapa?

Fitri : Ya dia yang ngebom lah. Emang apa haknya membunuh orang dengan cara kayak gitu?

Lia : (Bertanya kepeda Mira) Menurut kamu, kenapa orang mau jadi teroris?

Mira : (Dengan semangat mendengar jawaban Lia) Mungkin hidup teroris itu sudah sangat membosankan, makanya dia neror orang !

Lia : (Mengerutkan kening) Berarti cuma iseng doang? Mana mungkin lah, pasti seseorang itu harus punya alasan kuat sampai ia rela mati kayak gitu.

(Fitri dan Mira berpandangan)

Mira : Jadi menurut kamu ada alasan yang tepat untuk membunuh orang?

Lia : (sambil mengangkat bahunya) Yang jelas gak mungkin Cuma iseng doang, menurut kamu ada orang yang berpikir membunuh itu sebagai tujuan yang mulia?

Fitri : (menggeleng-gelengkan kepala) Tujuannya apa? Aku gak tau …

Lia : (menatap Fitri dan Mira bergantian) Ya tujuannya supaya kita takut, supaya hidup kita gak tenteram, supaya kita terpecah belah.

Fitri : Ih, kalo gitu jangan mau dibuat takut!

Mira : Kita mesti buktiin kalau aksi mereka itu gak ada gunanya, bahwa mereka itu gak berhasil membuat kita takut.

Lia : Makanya jangan takut untuk jalan-jalan lagi, jangan takut untuk ke pasar lagi, kecuali kalau kita mau membuat mereka tertawa senang. (Lia berkata dengan berapi-api) Rela kamu bikin teroris girang?

Fitri dan Mira : Ih, ya gak laa! Tapi, gimana kalu mereka melakukan aksi mereka lagi … pas kita lagi di pasar?

Lia : (sambil mengibaskan tangannya) kamu pikir gak butuh modal besar buat ngebom sana-sini?

Mira : Siapa tahu ada penyumbang dananya…

(Lia dan Fitri terdiam mendengar jawaban Mira yang masuk akal)

Lia : Hmmm … mungkin aja ada penyumbang dananya, tapi aku sih gak sudi hidupku jadi terpenjara gara-gara teroris, aktivitasku jadi terbatasi gara-gara takut sama mereka. Lagian … umur kan ada di tangan Tuhan. Kalu Tuhan mau aku mati sekarang, aku pasti bakal mati sekarang. kalu Tuhan mau aku mati besok, ya juga bakal kejadian besok …

Fitri : Jadi kita gak perlu mengurung diri kayak gini? (Bertanya dengan suara ragu-ragu)

Lia : Gak perlu! Kita mesti tunjukkan pada mereka bahwa kita gak gampang ditaklukkan kayak gitu. Gak gampang digertak, karena kita bangsa yang bersatu…

Fitri dan Mira : Yeah! Bangsa yang bersatu (sambil mengepalkan tangan)

(Sesaat Lia bergerak ke dalam garasi rumah dan mengeluarkan sepedanya)

Lia : Let’s go!

Mira dan Fitri : (Menatap heran) Eh, mau kemana?

Lia : Ke pasar terdekat, mau belanja! Mau menggertak teroris! ( Sambil tersenyum lebar)

Fitri : Sendirian?

Lia : Ya gak la, sama kamu berdua. Kalau sendirian siapa yang boncengin aku?

Fitri dan Mira : (Sambil menimpuk Lia) Huuuhhh …

Fitri : Malas bener boncengin kamu, mending kami jalan kaki.

Lia : Jalan kaki kemana?

Mira : Ke taman terdekat! Biar teroris tau, bom gak menyurutkan langkah kita untuk berburu cowok-cowok ganteng. Hehehe …


Satu respons untuk “Teroris

    Bintang Rina said:
    Januari 29, 2012 pukul 10:22 am

    cerita sehat dan menyegarkan. suatu gambaran tentang remaja yang merdeka dan optimis. Teruslah berkarya

Tinggalkan komentar